Dalam era globalisasi saat ini manusia dituntut untuk
memiliki kreativitas yang tinggi. Jika itu tidak, maka dengan sendirinya dia
akan didepak dari wilayah yang dia tempati sekarang. Menjadi sumber daya manusia
yang kuat tidak mungkin bisa dilakukan secara instan. Tidak seperti mie instan
yang biasa kita buat di rumah sepuluh menit jadi. Butuh proses dan kesadaran
dari kita. Banyak orang yang melakukan proses dalam hal ini belajar, namun
sedikit yang menyadarinya untuk apa mereka belajar.
Pada umumnya hanya mengikuti tren di lingkungan sekitar mereka saja. Kalau kita tanyakan pada mahasiswa sekarang ini, untuk apa mereka kuliah. Syukur kalau mereka menjawab ingin merubah nasib keluarga atau ingin lebih bermanfaat untuk orang lain. Kenyataannya banyak yang hanya karena ajakan teman atau mungkin melihat ada tentangga yang sukses karena dia kuliah. Orang-orang cenderung hanya melihat hasilnya, bukan rangkaian perjuangan dari kesuksesan itu sendiri.
Pada umumnya hanya mengikuti tren di lingkungan sekitar mereka saja. Kalau kita tanyakan pada mahasiswa sekarang ini, untuk apa mereka kuliah. Syukur kalau mereka menjawab ingin merubah nasib keluarga atau ingin lebih bermanfaat untuk orang lain. Kenyataannya banyak yang hanya karena ajakan teman atau mungkin melihat ada tentangga yang sukses karena dia kuliah. Orang-orang cenderung hanya melihat hasilnya, bukan rangkaian perjuangan dari kesuksesan itu sendiri.
Misalnya kita tersesat di dalam hutan dan kehabisan
persediaan makanan. Apa yang akan kita lakukan? Tentu saja kita akan berusaha
untuk bisa bertahan hidup. Sadar atau tidak dalam keadaan yang mendesak dan
tuntutan yang ada membuat kita mengeluarkan semua kekuatan yang kita miliki.
Segala upaya akan kita lakukan untuk bisa bertahan hidup. Hal itu yang
dinamakan dengan the power of kepepet. Karena ketidakpastian itu membuaat kita
berpikir dengan keras. Namun apakah ia dalam hidup kita ini akan menunggu
sampai the power of kepepet itu benar-benar terjadi. Tentu saja tidak. Kita
setuju bahwa proses itu harus kita lakukan untuk menjadi sumber daya manusia
yang penuh dengan kreativitas yang tinggi.
Proses yang saya katakan tidaklah semenakutkan seperti
cerita tadi, tersesat di dalam hutan. Kita hanya perlu melakukannya dari
sekarang. Dalam proses belajar ini kita gunakan yang namanya the power of
pura-pura. Kekuatan berpura-pura. Misalnya saja anda ingin menjadi penulis
novel yang terkenal. Berpura-puralah anda untuk menjadi novelis yang terkenal.
Tulislah novel anda dan kirimlah ke tempat penerbitan. Jika anda ditolak, maka
tanamkan dalam diri anda katakan bahwasanya penolakan tersebut menjadi
penolakan terakhir sebelum anda benar-benar menjadi seorang novelis yang
terkenal. Tulis lagi novel anda dan kirimkan lagi. Jika penolakan itu terjadi
lagi, lakukan seperti yang anda lakukan pertama kali. Sampai kapan hal itu akan
anda lakukan? Sampai kuota penolakan anda habis dan berpura-pura anda
benar-benar jadi kenyataan.
0 comments:
Posting Komentar